Senin, 01 Oktober 2012

Telaga Warna,cebong,Pengilon,Menjer,dan Merdada



Telaga Warna

Telaga Warna merupakan danau vulkanik yang berisi air bercampur dengan belerang, Apabila terkena sinar matahari akan memantulkan sinar warna warni karena kandungan bahan mineralnya. Terkadang berwarna biru dan kuning ataupun hijau dan kuning. Telaga Warna adalah salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Wonosobo, yang terletak di dataran tinggi dieng. Karena keindahanya banyak wisatawan yang berkunjung ke telaga warna, baik domestik maupun mancanegara.

Sisi keindahan telaga warna dapat dilihat dari beberapa sudut, seperti disebelah barat dekat mushola ataupun diatas tangga menuju Dieng Teater. Beberapa ranting dan pohon yang terlihat menambah keelokan telaga warna, jika cuaca memungkinkan telaga warna memantulkan warnanya seperti variasi pelangi.

Mengenai mitos yang terdapat ditelaga warna, yang sampai dengan saat ini masih banyak di bicarakan adalah, dahulu ada sebuah cincin milik bangsawan yang memiliki kekuatan / bertuah terjatuh kedalam telaga warna. Singkat cerita cincin tersebut mengakibatkan warna warni pada telaga warna.

Telaga Pengilon

Telaga pengilon letaknya berada disamping telaga warna, tepatnya disebelah selatan. Sesuai dengan namanya Telaga Pengilon memiliki warna air yang sangat jernih / bening. Mengenai ukuranya telaga pengilon lebih kecil dari pada telaga warna.

Telaga Pengilon (diambil dari bahasa jawa = ngilo, dalam bahasa Indonesia = bercermin) Karena kejernihan air di Telaga Pengilon, disangkutkan dengan sebuah mitos. Yaitu apabila seseorang bercermin di telaga pengilon yang berhati baik / mulia akan terlihat tampan atau cantik, begitu juga sebaliknya apabila ada seseorang berhati busuk bercermin di telaga pengilon maka terlihat jelek. Sebagaian masyarakat dieng masih percaya telaga pengilon dapat mengetahui isi hati seseorang.

Telaga Cebong

Telaga Cebong terletak di desa Sembungan, sebuah desa tertinggi di jawa tengah. Telaga cebong disamping dimanfaatkan untuk pariwisata, juga di manfaatkan masyarakat setempat untuk pengairan lahan pertanian berupa tanaman sayur mayur.

Pada waktu pagi hari disekitar Telaga Cebong masih terdengar suara kokok ayam hutan, yang menandakan terbitnya matahari. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri di obyek wisata Telaga Cebong.

Telaga Merdada

Telaga Merdada merupakan telaga terluas di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng kurang lebih 25 Ha dengan kedalaman 2 – 10 meter. Dahulu Telaga Merdada merupakan kawah gunung berapi yang kemudian terisi air / Kepundan.

Kawasan Telaga Merdada sering digunakan untuk perkemahan, disamping kondisinya memungkinkan, Telaga Merdada memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Masih banyak ditemui pohon cemara di sekitar telaga merdada, juga beberapa jenis burung.

Telaga Menjer

Telaga menjer adalah sebuah telaga yang terletak di desa Menjer Kecamatan Garung, Wonosobo. Telaga Menjer merupakan telaga terluas di Wonosobo, dengan luas area 70 Ha. Telaga menjer berada pada ketinggian 1300 meter dari permukaan laut, disamping digunakan untuk wisata air. Telaga menjer dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air, sejak tahun 1982.

Keindahan telaga menjer dapat dirasakan pada waktu pagi atau sore hari, disamping hawa udara yang segar akan terlihat kabut putih tipis menutupi sela sela telaga menjer yang dikelilingi oleh pegunungan.

Sampai dengan sekarang masih ada yang percaya, sepasang kekasih menolak untuk berkunjung ke telaga menjer. Pasalnya ada sebuah mitos yang menyebutkan. Sepasang kekasih yang datang ke telaga menjer, hubunganya akan segera berakhir / putus.

asal-usule kawah si kidang

Ana ing lereng bukit sing cepak karo telaga warna ana kawah kang diarani kawah Sikidang.
Manut critane kawah Sikidang dipercaya yen kawah kuwi mbiyene ana istana duwekke sang ratu kang ayu rupane. Arane Shinta Dewi. Ing sawijining dina dheweke dilamar marang pangeran sing kabare gagah lan sugih. Nanging nyatane Shinta Dewi kuciwa amarga pangeran kuwi nduweni awak manungsa lan sirahe rupa kijang. Arane Kidang Garungan. Mula ben ora gampang nglamar, Shinta Dewi nduweni siasat lan njaluk syarat. Syarate yaiku njaluk digawekna sumur sing gedhe lan jero banget ing kono. Wektu kuwi sumure wis arep rampung banjur Shinta Dewi karo para pengawale ngurung sumur kuwi. Kidang Garungan wektu kuwi melu kekurung ing sumur banjur akhire melu kekubur ing sajroning sumur kuwi. Kidang Garungan berusaha supaya bisa metu saka sumur kuwi kanthi ngetokake kabeh kesaktiane banjur iku meledhak kanthi panas lan lapisane goyang utawa gogrok. Amarga saking jengkele Kidang Garungan ngutuk yen kabeh keturunan shinta Dewi bakal nduweni rambut gembel. Mula saka iku ing kutha Dieng terkenal karo anane tradisi upacara adat “rambut gimbal

Telaga Warna Dieng : Telaga Kembar yang Jelita


Telaga Warna Dieng
Jual Sandal Nama Unik dan Lucu @ http://JawaraShop.com
Telaga Warna adalah objek wisata yang terletak di Dieng, Kecamatan Kejajar Wonosobo. Telaga Warna merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah.
Jarak objek wisata Telaga Warna dengan Wonosobo sekitar 26 Km dapat ditempuh dengan rute Arah utara kota Wonosobo, dengan menggunkan bus jurusan Wonosobo – Dieng Batur.
Telaga Warna memiliki keunikan tersendiri berkaitan dengan warna telaga. Terkadang berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni mirip pelangi karena Telaga Warna memiliki kandungan sulfur yang cukup tinggi.
Objek Wisata Telaga Warna banyak dikunjungi oleh turis domestik maupun mancanegara, karena keindahannya, disamping itu hawa udaranya yang segar. untuk masuk ke objek wisata telaga warna penggunjung dikenakan biaya tiga ribu rupiah.
Disebelah Telaga Warna terdapat Telaga Pengilon, Airnya yang jernih seperti cermin itulah yang membuat penduduk setempat memberi nama Telaga Pengilon. Mitos penduduk menyebutkan bila danau ini bisa untuk mengetahui isi hat1 manusia. Bila ia terlihat cantik atau tampan ketika memandang air telaga ini, maka hatinya baik. Sebaliknya, ia termasuk orang berhati busuk.
Telaga Warna Dieng
Selain danau, ada tiga gua, batu belik dan batu tulis di kompleks wisata ini. Ada Gua Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran. Pengunjung bisa langsung mengetahui nama gua itu karena ada arca Semar di depannya. Semar adalah salah satu punakawan yang dianggap paling bijaksana.
Dinamai Gua Semar karena penduduk setempat percaya bila gua ini dijaga oleh Eyang Semar. Banyak orang bersemedi di gua ini, laki atau perempuan dengan tujuan menginginkan keselamatan. Di antaranya, banyak yang berstatus pejabat di negeri ini.
Tidak jauh melangkah telah menunggu Gua Sumur. Di depannya ada arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini memang memiliki kolam kecil yang airnya konon bertuah. Banyak yang percaya air di Gua Sumur ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik.
Adapula yang menggunakannya untuk upacara suci, umat Hindu dari Bali, misalnya. Mereka menggunakan air gua ini untuk upacara Muspre atau Mabakti.
Gua berikutnya, yaitu Gua Jaran. Gua Jaran atau Gua Kuda dikisahkan dulunya menjadi tempat pertapaan Resi Kendaliseto. Suatu saat ketika hujan deras, ada seekor kuda yang berteduh di dalamnya. Anehnya, ketika kuda itukeluar dari lubang itu keesokan harinya, kuda itu telah berbadan dua.
Tidak diceritakan apakah kuda itu betina atau jantan. Namun, sebagian masyarakat percaya bila gua ini bisa digunakan untuk semedi para wanita yang sulit mendapatkan keturunan. Di antara tiga gua itu, Gua Jaran bisa dimasuki tanpa juru kunci. Gua Sumur dan Gua Semar bila tidak ada juru kunci biasanya dikunci untuk menjaga kesucian.
Di sebelah Gua Jaran, ada Batu Belik Cundamanik. Serupa dengan Gua Semar, banyak orang bertapa di situ dengan tujuan mencari keselamatan.
Selanjutnya, ada Batu Tulis. Barang siapa ingin anaknya bisa lancar membaca dan menulis, bisa ke lokasi ini untuk berdoa. Ada lagi mitos yang menyebutkan bila tidak ada ular di kawasan ini. Jadi, barang siapa melihat ular di kompleks Telaga Warna, ia harus was-was mungkin akan ada hal buruk yang terjadi pada dirinya.
Selain itu, pengunjung disarankan untuk menjaga omongan mereka selama menjelajahi kawasan ini. Pasalnya, tempat ini termasuk disakralkan. Mitos dan legenda itu hanyalah kepercayaan masyarakat setempat. Boleh percaya atau tidak.
Mitos Telaga Warna
Menurut masyarakat setempat, ada suatu kisah yang menyebabkan warna danau alias telaga itu berwarna-warni. Konon, dahulu ada cincin milik bangsawan setempat yang bertuah namun terjatuh ke dasar telaga.
Sementara dari kajian ilmiah, telaga ini merupakan kawah gunung berapi yang mengandung belerang. Akibatnya, bila air telaga terkena sinar matahari akan dibiaskan menjadi warna-warni yang indah.

Telaga Warna dan Telaga Pengilon, dua sisi yang berlainan


Telaga Warna memantulkan 3 warna yaitu hijau, merah, dan biru. Kandungan belerang yang ada di dalamnya memantulkan warna kehijauan, sedangkan ganggang merah yang ada didasar telaga memantulkan cahaya kemerahan dan jernihnya air telaga yang berwarna biru muncul dari pantulan gradasi sinar matahari.
Hutan di sekitar telaga ini masih terjaga kelestariannya sehingga suasana kelihatan sejuk dan teduh. Walaupun demikian warna telaga sudah tidak berwarna-warni lagi. Warna yang tampak hanyalah warna hijam kecoklatan saja.
Kerusakan ini diakibatkan berkurangnya kadar belerang yang terdapat di dalamnya akibat penggunaan air telaga untuk irigasi sawah para petani sayur di kawasan Dieng, pengaruh cuaca dan lingkungan sekitarnya. Setelah cukup melihat Telaga Warna, kami pun berjalan ke seberang menuju ke Telaga Pengilon yang jaraknya sekitar 100 meter dari Telaga Warna.
Nama Telaga Pengilon sendiri berarti telaga cermin. Air di telaga ini sangat jernih dan bisa memantulkan bayangan benda yang ada di sekitarnya.
Ketika kami sampai Telaga Pengilon, rumput-rumputan menutupi hampir seluruh telaga sehingga kami tidak bisa bercermin di pinggir telaga. Jika meneruskan perjalanan melewati telaga ini, anda akan menjumpa Goa Semar dan  Goa Jaran. Di tempat inilah setiap setahun sekali diselenggarakan tradisi upacara potong rambut gimbal.

Situs Candi Yang Masih Terpendam di Dieng Plateau


Kompleks Candi Arjuna merupakan kawasan situs yang paling menonjol ketika berwisata di Dataran Tinggi Dieng. Namun keberadaann Kompleks Candi Arjuna itu hanya sepersekian persen dari total situs yang berada di Dataran Tinggi Dieng yang sebagian besar masih terpendam dan belum diekskavasi.
Sebuah area lahan yang berada di belakang pos penarikan karcis atau disebelah belakang Situs Gangsiran Aswotomo ini. Tidak ada petunjuk dan informasi mengenai situs ini karena sama sekali belum dilakukan ekskavasi dan sementara hanya dibiarkan saja sebagai lahan rumput yang kadang digunakan untuk mengumbar ternak domba Texel atau domba Dieng.
Walaupun sebagian besar area situs yang tak bernama ini masih terpendam dan tertutup rumput, dibeberapa bagian masih terlihat jelas struktur alas bangunannya. Susunan batuan yang ada menunjukkan bahwa situs ini mirip dengan bangunan pada situs Dharmasala. Potongan batu yang disusun memanjang dan diperkirakan sebagai alas dan pondasi bangunan.
Bila dilakukan penelitian lebih lanjut, situs ini diperkirakan memiliki fungsi sebagai kawasan pemukiman atau tempat tinggal pada zaman dahulu karena lokasinya berdekatan dengan sumber air yaitu Situs Gangsiran Aswotomo yang memiliki sumur berjumlah sembilan buah. Diharapkan segera dilakukan penelitian dan ekskavasi untuk mengetahui kebenarannya dan menyelamatkan batuan candi dari kerusakan. 

Kompleks Candi Arjuna merupakan kawasan situs yang paling menonjol ketika berwisata di Dataran Tinggi Dieng. Namun keberadaann Kompleks Candi Arjuna itu hanya sepersekian persen dari total situs yang berada di Dataran Tinggi Dieng yang sebagian besar masih terpendam dan belum diekskavasi.
Sebuah area lahan yang berada di belakang pos penarikan karcis atau disebelah belakang Situs Gangsiran Aswotomo ini. Tidak ada petunjuk dan informasi mengenai situs ini karena sama sekali belum dilakukan ekskavasi dan sementara hanya dibiarkan saja sebagai lahan rumput yang kadang digunakan untuk mengumbar ternak domba Texel atau domba Dieng.
Walaupun sebagian besar area situs yang tak bernama ini masih terpendam dan tertutup rumput, dibeberapa bagian masih terlihat jelas struktur alas bangunannya. Susunan batuan yang ada menunjukkan bahwa situs ini mirip dengan bangunan pada situs Dharmasala. Potongan batu yang disusun memanjang dan diperkirakan sebagai alas dan pondasi bangunan.
Bila dilakukan penelitian lebih lanjut, situs ini diperkirakan memiliki fungsi sebagai kawasan pemukiman atau tempat tinggal pada zaman dahulu karena lokasinya berdekatan dengan sumber air yaitu Situs Gangsiran Aswotomo yang memiliki sumur berjumlah sembilan buah. Diharapkan segera dilakukan penelitian dan ekskavasi untuk mengetahui kebenarannya dan menyelamatkan batuan candi dari kerusakan. 

asal-usul telaga warna di kawasan dieng


telaga warna
telaga warna
Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamanah. Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya.Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.